Dalam
injil Yohanes 2:1-11 mengisahkan tentang perkawinan di Kana. Peristiwa
perkawinan di Kana menjadi sebuah peristiwa penting karena melalui peristiwa
ini, Maria memperkenalkan Yesus ke hadapan umum. Ketika menjalani kehidupan di
dunia ini, Yesus pertama kali mengadakan mukjizat pada saat di mana ia terlibat
bersama ibunya menghadiri pesta. Mereka hadir tidak hanya sebagai undangan
biasa yang hanya datang, bersukaria lalu pulang ke rumah. Maria dan Yesus yang
hadir saat ini benar-benar terlibat dan merasakan apa yang dialami oleh tuan pesta.
Kalau
kita melihat secara jeli kisah perkawinan di Kana, kita bisa menarik suatu
kesimpulan sederhana yaitu tuan pesta yang mengadakan pesta tersebut
kemungkinan masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Maria, hanya saja tidak
diceritakan secara menyeluruh tentang siapa sebenarnya tuan pesta itu. Tetapi
yang jelas bahwa tuan pesta sebagai penyelenggara perhelatan besar itu
mengundang Maria untuk menghadiri pesta itu. Maria tidak hanya hadir dan
menyaksikan seperti apa acaranya lalu mengeritiknya, tetapi lebih dari itu, ia
menunjukkan rasa empati yang mendalam terhadap tuan pesta itu.
Saat
manakah Maria mengambil peran penting di dalam pesta itu? Saat di mana mereka
kehabisan anggur. Mengadakan pesta berarti mempertaruhkan nama baik,
mempertaruhkan gengsi di mata publik. Sebagai tuan pesta, tentunya mereka
memberikan yang terbaik untuk para undangan yang hadir. Sikap peduli yang
tinggi dan bagaimana menjamu para undangan yang baik, menjadi sebuah keharusan
yang tidak bisa ditawar lagi. Karena itu kekurangan makanan ataupun minuman
menjadi sebuah persoalan yang memalukan dan sekaligus mencoreng nama baik
keluarga.
Maria
tahu, bahwa penyelenggaraan pesta, tidak lain adalah penyelenggaraan martabat
keluarga. Karena itu kekurangan yang diakibatkan oleh kelalaian tuan pesta
menjadi sebuah momok yang menakutkan. Maria tidak ingin agar nama baik keluarga
yang menyelenggarakan pesta tercoreng atau tercemar karena kekurangan makanan
ataupun minuman. Ia mau memberikan sikap peduli sebagai bagian dari pewartaan
terselubung bahwa ia adalah ibu Tuhan. Ia sadar bahwa keterpilihannya sebagai
ibu Tuhan, tidak menjadikan ia menutup diri terhadap sesama melainkan membangun
relasi yang intens dengan orang lain bahkan mengambil bagian dalam kekurangan
yang mereka alami. Pengalaman di pesta perkawinan di Kana, menjadikan ibu Tuhan
kaya makna karena dari pesta itulah mereka dikenal dan ke-allah-an Yesus
perlahan mulai ditunjukkan di hadapan publik. Hanya saja bahwa apa yang
dilakukan oleh Yesus, para pelayanlah yang tahu.
“Mereka
kehabisan anggur.” Ini merupakan bahasa permintaan sekaligus Maria ‘mengemis’
kepedulian Yesus untuk turut terlibat dalam suasana kekurangan itu. Dalam pesta
itu, selain menghadirkan keallahan Yesus, tetapi juga mengasah kesadaran Yesus
untuk terus peka terhadap persoalan yang tengah di hadapi oleh setiap manusia.
“Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Di sini Yesus masih
merasa rendah diri, belum memiliki sesuatu untuk bisa diberikan kepada tuan
pesta sebagai bentuk sumbangan dalam mengatasi persoalan. Yesus tentu tahu, apa
yang harus dilakukan berdasarkan suruhan ibunya. Tetapi yang tetap menjadi
persoalan di sini adalah bagaimana ia (Yesus) menyadari diri untuk melakukan
sebuah mukjizat.
Jalan
satu-satunya yang dilakukan adalah mengadakan tanda heran atau mukjizat sebagai
bagian penting dari pewartaannya tentang kerajaan Allah. Dalam kondisi yang
serba dilematis, serba kekurangan, Yesus menunjukkan sebuah jalan keluar dengan
kekuatan doa. Di hadapan para pelayan dan tempayan yang berisi air, Yesus
berdoa agar air itu bisa berubah menjadi anggur. Doa menjadi solusi dan
kekuatan dalam mematahkan pelbagai kesulitan yang dihadapi.
Apa
yang dilakukan oleh Yesus tidak terlepas dari peran serta Maria ibunya. Apa
yang dialami oleh Maria yang menjadi puncak kesulitan tuan pesta, juga menjadi
keprihatinan bersama Yesus Putera-Nya. Melalui Maria, semua persoalan hidup
bisa tertampung dan pada akhirnya ia meneruskannya kepada Yesus Puteranya. “Per
Mariam, ad Jesum,” melalui Maria, kita pergi kepada Yesus.***(Valery Kopong)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar