Para
Penyuluh Agama Katolik yang berstatus sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS) di bawah Bimas Katolik, Kementerian Agama RI, memegang peranan
penting karena setiap hari selalu berhadapan dengan kelompok masyarakat yang didampinginya. Sebagai ‘ujung
tombak’ Bimas Katolik, para
penyuluh perlu terus belajar untuk membekali diri dengan pengetahuan dan perkembangan
zaman yang selalu mengalami perubahan. Menyadari akan pentingnya pembekalan dan
persiapan diri yang matang maka Bimas
Katolik RI menyelenggarakan kegiatan penyusunan materi penyuluhan sebagai
pegangan oleh para Penyuluh Agama Katolik dalam melakukan kegiatan pembinaan.
Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 25-28 Agustus di Hotel Papyrus, Bogor-Jawa Barat, mengusung tema: “Dengan
Materi Penyuluhan yang Berkualitas Kita Wujudkan Masyarakat yang Beriman dan
Rukun.”
Menurut Bapak Sigit, ketua panitia penyelenggara, dalam laporannya mengatakan bahwa para Penyuluh Agama Katolik adalah tenaga pastoral yang ikut ambil bagian dalam membina kerukunan, persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk itu perlu adanya peningkatan kompetensi penyuluh, terutama dalam kaitan dengan kemampuan penyuluh itu sendiri, wawasan kemasyarakatan dan bagaimana menggunakan media yang tepat dalam menyampaikan pesan-pesan injil. Ada 30 orang Penyuluh Agama Katolik yang hadir dalam kegiatan penyusunan materi tersebut. Ketigapuluh Penyuluh Agama Katolik ini merupakan utusan dari beberapa daerah, seperti DKI Jakarta, Banten, Yogyakarta, Jawa Barat, Makasar, Lampung, Jambi, Pangkal Pinang dan NTT.
Kegiatan para Penyuluh Agama Katolik
ini, semula dijadwalkan akan dibuka oleh Bapak Dirjen Bimas Katolik tetapi
beliau berhalangan hadir maka acara ini dibuka oleh Direktur Urusan Agama
Katolik, Bapak Fransiskus Endang, SH.MM. Dalam sambutan Bapak Direktur Urusan
Agama Katolik ditekankan bahwa para Penyuluh Agama Katolik dalam memberikan
bimbingan kepada kelompok sasaran, perlu mendorong kehidupan iman umat sesuai
ajaran iman Katolik. Lebih jauh ditekankan oleh Bapak Fransiskus Endang bahwa
iman umat semakin diuji dengan munculnya paham-paham baru yang ada di
masyarakat yang secara tidak langsung merongrong iman umat Katolik, karena itu
penyuluh harus hadir untuk memberikan bimbingan sekaligus suluh bagi mereka
untuk tetap berada pada jalan yang benar.
Untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan para penyuluh, maka sebelum kegiatan penyusunan materi pembinaan, diberi pembekalan oleh tiga orang narasumber yang dihadirkan oleh panitia, yaitu Romo Yohanes Driyanto, Bapak Felix Lengkong dan Bapak Firman Nugraha. Romo Yohanes Driyanto membawakan materi tentang praktek menyusun bimbingan, sedangkan Bapak Felix Lengkong membawakan materi tentang pengembangan profesi melalui karya tulis. Sementara itu, Bapak Firman Nugraha lebih menyoroti konsep penyusunan materi bimbingan dalam bentuk naskah.
Setelah menerima pembekalan dari
para narasumber, para penyuluh dibagi dalam empat kelompok untuk menyusun
materi penyuluhan berdasarkan kategori usia. Materi yang disusun sesuai dengan
sasaran kelompok, seperti kelompok anak-anak, remaja dan orang dewasa. Seluruh
rangkaian acara ini ditutup oleh Bapak Dirjen Bimas Katolik, Anton Semara
Duran. Dalam sambutannya, beliau mengatakan “ruang kerja seorang Penyuluh Agama
Katolik ada di ruang terbuka. Karena ruang lingkupnya terbuka maka
profesionalitas yang harus diperhatikan. Lebih dari itu, serang Penyuluh Agama
Katolik harus mampu membawa obyek penyuluhan ke arah yang lebih baik,” tegas
Semara Duran.***(Valery Kopong, tulisan ini sudah dimuat di TABLOIT SABDA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar