Senin, 14 Oktober 2013

PENGHORMATAN ALTAR DAN PENDUPAAN



                Penghormatan Altar dilakukan oleh semua petugas liturgi dengan membungkuk khidmat (PUMR 49). Akan tetapi, apabila di belakang altar terdapat Sakramen Mahakudus di dalam tabarnakel, semua petugas liturgi berlutut (PUMR 274). Altar dihormati karena altar melambangkan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Tuhan yang telah wafat dan bangkit akan hadir di atas altar dan dari meja ini Dia akan memberikan diri-Nya kepada umat beriman dalam rupa makanan dan minuman ekaristis.
                Secara khusus imam menghormati altar dengan mencium altar. Mencium altar ini menjadi lambang untuk memberi salam dan penghormatan kepada Kristus Sang Imam Agung dan Sang Tuan Rumah Perayaan Ekaristi. Penghormatan altar dengan mencium altar sudah dipraktekan Gereja sejak abad IV. Tindakan imam yang mencium altar itu bukan hanya bersifat pribadi melainkan bersifat mewakili seluruh jemaat yang hadir. Maka, umat hendaknya menggabungkan diri dalam penghormatan kepada Kristus itu secara batin (dalam hati).
               
Pendupaan dapat diadakan pada kesempatan hari-hari besar dan khusus. Pendupaan menyatakan ungkapan hormat dan doa, seperti terungkap dalam Kitab Mazmur: “Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan.” (Mzm 141:2).
                Imam mengisi pendupaan dan memberkatinya dengan membuat tanda salib di atasnya tanpa mengatakan apa-apa. Sebelum dan sesudah pendupaan, imam atau petugas selalu membungkuk khidmat kea rah orang atau barang yang didupai. Pendupaan dilaksanakan dengan mengayunkan dupa ke depan. Pendupaan diayunkan tiga kali tiga untuk penghormatan: Sakramen Maha-kudus, reliqui salib suci atau patung Tuhan, bahan persembahan, salib altar, Kitab Injil, lilin paskah, imam dan jemaat. Namun pendupaan cukup diayunkan dua kali tiga saat menghormati reliqui dan patung orang kudus (PUMR 277).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar