Senin, 14 Oktober 2013

SALAM




                Salam disampaikan imam sambil membuka tangan kepada umat beriman, sesudah membuat tanda salib; dengan rumusan: “Tuhan bersamamu” dan umat beriman berjawab: “Dan bersama rohmu.” Makna pokok salam tersebut ialah untuk menyatakan bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah mereka dan juga mengungkapkan misteri Gereja yang sedang berkumpul (PUMR 50) maksudnya pada saat melaksanakan dialog salam imam dan jawaban dari pihak umat ini, imam dan umat sedang menyadari bahwa Tuhan benar-benar hadir di tengah kita dan jawaban dari pihak umat memperlihatkan misteri Gereja yang sedang berkumpul.
                Cara pemimpin memberikan salam dan cara umat menanggapi salam ini sangat penting. Salam pada hakikatnya harus komunikatif: harus benar-benar ada komunikasi antara pemberi salam (imam) dan penerima salam (umat). Dari pihak imam, komunikasi diungkapkan lewat: pandangan mata, mimic, tata gerak tangan. Semua ini harus benar-benar menopang kata-kata salam.
               
Untuk dapat memberikan salam secara mantap, imam harus menghafal kata-kata salam. Salam akan menjadi kurang menyapa kalau imam, pada saat memberi  salam itu, membaca teks dari buku; apalagi kalau sementara memberi salami  ia membalik-balik buku, mencari suatu teks.
                Umat pun harus menjawab salam imam dengan mantap, karena dengan jawaban itu umat sedang menyatakan imannya akan kehadiran Tuhan. Komunikasi dan kemantapan salam harus terungkap baik ketika salam itu dilagukan maupun dilafalkan. Maka umat harus menghafal lagu untuk salam.
                Teks salam salam perayaan Ekaristi ini diambil dari Alkitab. Salam alkitabiah itu hendaknya tidak diganti dengan salam sekuler (selamat pagi, bapak-ibu, anak-anak). Dengan salam sekuler seperti ini kita membuyarkan suasana dan alur ibadat yang sudah dibangun lewat perarakan, nyanyian pembukaan dan tanda salib, yang pada tahap ini menanjak pada kesadaran dan pernyataan iman akan kehadiran Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar