Perarakan masuk
para pelayan dan petugas sebagai tanda diawalinya perayaan Ekaristi ini
disambut oleh umat beriman dengan berdiri sambil diiringi dengan nyanyian
pembuka.
Pada hari Minggu dan hari raya,
perarakan masuk ini diiringi dengan nyanyian pembuka, yang memiliki beberapa
fungsi:
- Mengiringi perarakan para petugas liturgy (imam dan para pelayan lain) memasuki ruang ibadat; maka nyanyian pembuka harus dilagukan selama perarakan berlangsung.
- Membina persekutuan umat; maka seluruh jemaat harus berpartisipasi dalam nyanyian pembuka: bernyanyi dengan segenap hati, dengan suara lantang; oleh karena itu baik dipilih nyanyian yang mampu mempersatukan umat.
- Mengantar umat memasuki misteri yang dirayakan; maka tema nyanyian pembuka harus cocok dengan perayaan Ekaristi hari yang bersangkutan.
Berkaitan dengan fungsi kedua: membina persekutuan umat, maka perlu
diperhatikan hal-hal yang menunjang terciptanya persekutuan jemaat, a.l.:
1. Tata
gerak: selama melagukan nyanyian pembuka kita semua berdiri tegap, tidak loyo,
tidak ada yang duduk; kesamaan sikap ini menunjukkan kekompakan, persekutuan.
“Sikap tubuh yang seragam menandakan kesatuan seluruh jemaat yang berhimpun untuk
merayakan liturgi kudus. Sebab sikap tubuh yang sama mencerminkan dna membangun
sikap batin yang sama pula.”
2. Terlibat:
seluruh umat menyanyikan nyanyian pembuka, entah silih berganti dengan koor,
entah bersama-sama dengan para anggota koor.
3. Berbagi
buku: kalau teman di sebelah kita tidak membawa buku, kita ajak ia menyanyi
dengan buku kita; dengan menawarkan buku untuk dipakai bersama, kita membangun
persekutuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar